Gambar: kholic.id |
Oh Sang Sik: "Kenapa? Bertengkar dengan istrimu?
Yoon Joong Hoo: "Ya"
Oh Sang Sik: "Kamu yang salah. Bagaimana pun kamu yang salah. Minta maaflah. Minta ampun kepadanya"
Yoon Joong Hoo: "Aku sedang tidak ingin bercanda. Kami melalui tujuh tahun yang rawan. Dia terlalu sering membentakku. Aku tau dia kewalahan mengurus anak-anak. tapi aku tidak bisa melewatkan makan malam kantor.
Oh Sang Sik: "Jadi, kamu melawan dia? Dasar nekat."
Yoon Joong Hoo: "Aku tidak tahan lagi. Aku melipat pakaian anak-anakku karena aku tau dia marah. Tiba-tiba dia menghela napas panjang dan melipatnya ulang. Seharusnya dia mengajariku cara melipat sejak awal. Dia pasti tidak sudi berbicara denganku. Jadi, kupikir, 'Baiklah, mungkin dia enggan bicara.' Kali ini, dia membentakku karena membuang kaleng di tempat sampah plastik. Padahal aku yang mengurus sampah. Dia kesal dengan semua tentangku."
Cha Joo Hyuk: "Aku paham. Joong Hoo, dengar baik-baik. Kamu harus bisa melewati masa-masa rawan ini. Jika tidak, hubunganmu akan memburuk. Cobalah berempati kepadanya."
Yoon Joong Hoo: "Apa?"
Cha Joo Hyuk: "Kapan terakhir kali kamu memanggil namanya?"
Yoon Joong Hoo: "Namanya?"
Cha Joo Hyuk: "Ibu ruma tangga sering dipanggil 'Ibu' saja. Bayangkan betapa muaknya mereka. Nama mereka hilang dan mereka merasa hidup berakhir sebagai ibu. Mereka pasti ingin berdandan, bekerja, dan bercengkerama dengan teman seperti dahulu. Tapi itu tidak mudah. Wajar jika mereka depresi."
Dari ringkasan dialog ketiga sahabat pria tersebut membuat penulis berpikir benarkah identitas wanita hilang setelah jadi ibu? Setelah penulis mencoba memaknai setiap kalimatnya kembali, penulis merasa kalau itulah pesan dalam drakor ini tersampaikan. Seorang ibu terkadang memang memiliki rasa jenuh, bosan, dan stres dengan pekerjaan rumah yang tidak pernah berhenti. Oleh karena itu, perlulah hal tersebut dikomunikasikan dengan suami agar sekali-sekali seorang ibu juga bisa menikmati waktu untuk dirinya sendiri.
Seorang ibu butuh waktu untuk merefresh pikiran, bersosialisasi, bertumbuh, mencari ilmu, dan eksistensi dirinya juga perlu dijaga. Inilah mengapa bila ada sebuah istilah yang mengatakan, 'Kebahagian sebuah keluarga berasal dari seorang ibu.' Jujur penulis setuju sekali istilah tersebut, karena dalam islam, Ibu juga madrasah awal bagi anak-anaknya. Jadi bila ibu bahagia, anak-anak terjaga. Sehingga keluarga pun juga akan bahagia.
Menjadi seorang ibu tidaklah mudah, oleh karena itu mengapa surga berada di telapak kaki ibu menjadi sebuah PR besar bagi seorang ibu. Bagaimana benar-benar menciptakan anak-anak yang bisa membawa peradaban bangsa ini menjadi hebat sehingga ibu layak menyandang surga dalam dirinya. Butuh proses dan kerja keras agar seorang ibu bisa menjadi ibu yang ideal, karena membutuhkan pembelajaran seumur hidup dan membersamai dengan anak-anaknya.
Sungguh luar biasa menjadi seorang wanita dan ibu, karena kitalah yang membuat akar peradaban bagi bangsa ini, Drakor Familiar Wife mengajarkan saya untuk kembali mengingatkan agar saya tetap harus bahagia menjadi seorang ibu, agar anak-anak dan keluarga juga bahagia.
Gambar: tven.co.kr |
Awalnya Cha Joo Hyuk dan Seo Woo Jin saling mencintai, namun seiring berjalannya waktu pernikahan mereka, kadar cinta mereka terhadap satu sama lain justru berkurang. Sehingga mereka lebih sering bertengkar dan menyakiti satu sama lain.
Gambar: kdramafandom.com |
Ternyata sebuah keajaiban terjadi, keinginan Cha Joo Hyuk pun terwujud. Ia kembali ke masa lalu dan berhasil mengubah masa depannya. Namun setiap keputusan pasti menimbulkan akibat yang berbeda. Cha Joo Hyuk pun tetap memiliki berbagai macam konflik yang berbeda. Lebih parahnya lagi, Cha Joo Hyuk berjumpa kembali dengan Seo Woo Jin. Dari sinilah cerita pun memanas.
0 coment�rios:
Yuk, kita berdiskusi di sini ☺💕. Terima Kasih.