Assalamualaikum Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia lifestyle, parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Tulisan pertama di bulan Agustus ini, saya ingin membicarakan soal bahagia. Mengapa tiba-tiba saya ingin berbicara soal kebahagiaan? Sebab, setelah saya mengikuti acara ‘Selebrasi Akbar HIMA IP Jakarta’, ternyata ada 21 alasan ibu tidak bahagia.
Pendapat ada 21 alasan ibu tidak bahagia ini disampaikan oleh Praktisi Home Schooling, teh Kiki Barkiah. Mengapa teh Kiki (begitu beliau disapa), berpendapat demikian? Simak terus penjelasannya di sini.
Apa itu Bahagia?
Bisa menyimak materi dari teh Kiki, yang juga seorang penulis buku parenting terkenal, adalah sebuah keberuntungan bagi saya pribadi. Senang rasanya acara ‘Selebrasi Akbar HIMA IP Jakarta’ berkenan menghadirkan beliau sebagai narasumber.
Acara ini saya ikuti karena saya berperan sebagai peserta wisudawati setelah lulus di perkuliahan bunda sayang batch 6. Sejak bergabung di komunitas Ibu Profesional (IP), saya merasa masuk ke ruang kuliah lagi.
Akan tetapi kuliahnya lebih bisa diterapkan dalam kehidupan, karena lewat IP, kami dibina agar menjadi perempuan, istri, dan ibu versi terbaik diri sendiri. Itulah mengapa Praktisi Home Schooling dihadirkan menjadi narasumber dalam acara yang diselenggarakan pada Sabtu, 31 Juli lalu.
Dalam sesi talk show, teh Kiki berusaha mendefinisikan apa itu bahagia? Dari hasil survey kecil-kecilan kepada sejumlah wanita, ia mendapatkan jawaban yang beragam. Dia yang juga menjadi tim konten akademi ide kreasi ini membuat 3 poin besar, apa itu kebahagiaan bagi seorang wanita?
Dikarenakan adanya pencapaian yang sederhana
Kehangatan dan romantisme bersama suami
Bersama keluarga melakukan ketaatan kepada Allah Swt.
Begitulah 3 poin besar apa itu bahagia bagi perempuan hasil survey Kiki Barkiah. Selain makna atau arti tentang apa itu kebahagiaan, penulis buku parenting ini juga mengamati alasan-alasan mengapa ibu tidak bahagia dalam menjalankan tugasnya.
Menurut pengalaman dan beberapa temuan yang didapatkan dari cerita serta pengamatan terhadap beberapa wanita, teh Kiki pun mendapatkan kesimpulan bahwa ada 21 alasan ibu tidak bahagia.
21 Alasan Ibu Tidak Bahagia ala Kiki Barkiah
Menurut Kiki Barkiah ada 21 alasan ibu tidak bahagia, yang mana penyebab ketidakbahagiaan tersebut adalah akronim dari kata ‘Kurang Syukur, Kurang Sabar’. Sebelum teh Kiki mencapai kepada kesimpulan ‘Kurang Syukur, Kurang Sabar’, tentu saja dari adanya pertanyaan ‘Mengapa banyak ibu yang tidak bahagia dan sering dilaundau kegalauan?’.
Penulis buku parenting ini berpendapat kalau kegalauan itu biasanya muncul karena beberapa sebab,
Adanya gap (jarak atau perbedaan) antara kenyataan dengan harapan.
Adanya gap (jarak atau perbedaan) antara keinginan dengan kemampuan.
Cara pandang kita dalam melihat kenyataan.
Cara kita mendefinisikan kebahagiaan.
Faktor-faktor itulah yang dapat menjadi pemicu alasan ketidakbahagiaan pada diri seorang ibu. Memang benarkah, rasa galau ini lebih sering muncul pada seorang perempuan?
Secara fitrah, memang wanita itu berbeda dengan laki-laki. Hal ini dijelaskan dalam Alquran surah Ali-Imran ayat 36 dan lewat hadist riwayat muslim, fitrah perempuan itu lebih lemah dibandingkan laki-laki.
“Persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian satu laki-laki.” (HR Muslim).
Dari situlah wanita memiliki adanya kerja hormon yang memicu stres lebih besar dibandingkan laki-laki. Dari situlah Kiki Barkiah menyimpulkan kalau penyebab ketidakbahagiaan berasal dari rasa ‘Kurang Syukur, Kurang Sabar’. Yang mana rasa tersebut diakronimkan lagi oleh beliau sebagai wujud kekhususan indikator tidak bahagia seorang ibu.
Akronim urutan kata yang pertama adalah ‘Kurang Syukur’,
K – Kontraknya salah alamat
Kontrak yang dimaksud di sini adalah menetapkan niat dan tujuan. Apakah tujuan dan niat kita dalam melakukan sesuatu? Sudah benarkah tujuan dan niat kita dalam mengerjakan sesuatu?
U – Usahanya kurang ilmu
Setelah menetapkan niat dan tujuan, kita akan melakukan suatu usaha. Sudahkah usaha kita dibekali oleh ilmu yang mumpuni?
R – Ruhiyah kering kerontang
Ruhiyah ini berkaitan dengan keimanan dalam beragama.
A – Allah jarang diminta bantuan
Masih terkait dengan poin ketiga di atas, kalau ruhiyah kering kerontang sudah pasti saat melakukan sesuatu jarang melibatkan Allah saat membutuhkan bantuan.
N – Negatif melulu prasangkanya
Jika hati san pikiran tidak tenang, biasanya akan timbul hal-hal negatif.
G – Gangguan datang sedikit langsung menyerah
Merasa mudah menyerah terhadap cobaan yang kadang menghampiri.
S – Sangat sibuk urusan dunia
Jika menjadikan kehidupan dunia segala-galanya, biasanya sih, tidak akan bahagia.
Y – Yang ada enggak disyukuri, yang tidak ada dicari-cari
Poin 8 ini menjadi salah satu yang menusuk bagi saya, karena bila lelah masih suka lupa untuk bersyukur setelah melewati hari.
U – Urusan keluarga terbengkalai
Biasanya ibu tidak bahagia itu karena merasa urusan keluarga terbengkalai.
R – Rakus ingin sukses semua sekarang juga
Teh Kiki berkata, ada masanya dimana ia hanya berkutat dengan urusan keluarga inti, khususnya anak-anak. Enggak apa-apa dinikmati saja, masa-masa repot itu hanya sebentar.
Dari gabungan akronim kata “Kurang Syukur’ saja, saya sudah merasa tertohok. Saya cukup sering menginginkan poin 10, rakus ingin sukses semua sekarang juga. Jujur kata-kata teh Kiki, menjadi pengingat untuk pribadi.
Baiklah mari kita beranjak ke akronim gabungan kata yang kedua, yaitu ‘Kurang Sabar’,
K – Komunikasinya mandeg (arti dari bahasa jawa itu adalah berhenti)
Saat berumah tangga, kunci kebahagiaan itu memang di komunikasi. Hal itulah juga yang dipelajari di perkualiahan bunda sayang.
U – Ungkapan hati diabaikan suami
Saat teh Kiki menjelaskan poin 12 ini, saya langsung teringat lagunya ‘Ada Band – Karena Wanita (Ingin Dimengerti)’. Tentu saja, jika ingin dimengerti cobalah untuk memulai berkomunikasi baik dengan pasangan.
R – Repotnya dimakan sendiri
Seorang ibu itu bukan wanita super. Kita pun bisa lelah, jenuh, dan lain sebagainya. Saat kita membutuhkan bantuan, ada baiknya dikatakan agar bisa istirahat juga.
A – Anggarannya dirasa kurang melulu
Sebagai perempuan, kita memang diminta untuk mengelola keuangan keluarga. Bisakah kita mengelola dengan baik? Itulah mengapa tetap dibutuhkan ilmu untuk mengelola keuangan.
N – Ngutangnya enggak bisa ditahan-tahan
Kalau dipenjelasan teh Kiki, poin 15 ini seperti mengikuti arisan atau pinjam di koperasi (yang katanya untuk kebutuhan). Benarkah sesuai kebutuhan?
G – Gak dikasih ruang untuk menyalurkan potensi
Namanya perempuan walaupun di rumah saja ataupun yang bekerja di ranah publik. Kita tetap butuh menyalurkan potensi.
S – Suami kurang membantu
Dalam hal ini teh Kiki menyarankan untuk melakukan komunikasi yang baik dengan pasangan. Cobalah libatkan pasangan dengan kegiatan rumah tangga dan pengasuhan anak-anak bersama.
A – Anak-anak jauh dari harapan
Anak-anak punya takdir dan potensinya sendiri, karena itu orang tua harus menemukan dan memperkuat potensi tersebut.
B – Bosan, jenuh, enggak ada cita-cita hidup
Agar bermakna haruslah punya tujuan atau cita-cita hidup. Yang mana cita-cita inilah yang menjadi penyemangat agar kita selalu berusaha menjadi yang terbaik.
A – Aktualisasi diri kurang
Selain menunjukkan potensi diri, perempuan juga perlu mengaktualisasi dirinya. Hanya dipanggil dengan nama asli saja, saya sudah senang kok.
Baca juga,
Benarkah Identitas Wanita Hilang Setelah Jadi Ibu?
R – Rekreasinya kurang
Mungkin yang poin 21 ini untuk kondisi pandemi sulit direalisasikan. Cuma masih bisa kok, dengan olahraga keliling komplek, hehehe.
Kurang lebih itulah tanda-tanda ibu tidak bahagia. Setelah mengetahui hal tersebut, saya pun langsung menginterospeksi diri kembali dan saya merasa perlu meningkatkan lagi beberapa hal agar menjadi bahagia kembali.
Kalau menurut sahabat, apa sih, yang biasanya sering menjadi alasan ibu tidak bahagia? Silakan berikan tanggapannya di kolom komentar, ya. Terima kasih.
0 coment�rios:
Yuk, kita berdiskusi di sini ☺💕. Terima Kasih.