Hari ini saya mau curhat boleh? Saya merasa perlu menulis tentang ini karena ingin berbagi pengalaman kepada sahabat, yang sekiranya sedang atau pernah merasakan hal serupa, sehingga sahabat tidak akan merasa sendirian lagi untuk bangkit kembali.
Gambar:pixabay |
Waktu saya masih bekerja, masih ada hal yang dijadikan pelarian yaitu mengerjakan pekerjaan kantor dan mengobrol bersama rekan atau teman kerja. Namun, begitu saya memutuskan menjadi irt (ibu rumah tangga), saya sempat stres dan tidak merasa bahagia menjadi ibu. Iya, saya pernah merasakan ingin lari atau pergi yang jauh, bahkan saya pernah berharap anak-anak bisa di pause sejenak hingga menghilang sebentar.
Di saat-saat pergumulan itu, saya berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Sebab ada kata-kata yang membuat saya tersentak. Ini kata-kata tersebut,
Gambar: Grup Whatsapp Kipas Wonderland |
"Ibu adalah guru pertama dan utama bagi anaknya. Tapi sayangnya, peran menjadi ibu adalah peran yang paling tidak pernah dipersiapkan dengan baik proses pendidikannya." - Septi Peni (Owner dan Founder Ibu Profesional).Bertemu dengan Komunitas Ibu Profesional (IP) membuat saya bersyukur. Dari sinilah, saya kembali dan semakin mengenal siapa diri saya. Perkataan Ibu Septi benar sekali. Kita tidak pernah disiapkan menjadi ibu saat duduk di bangku sekolah. Makanya, yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan diri dan menerima dengan ikhlas peran kita sebagai ibu.
"Menjadi ibu adalah panggilan hidup. Perlu proses untuk bisa menerima panggilan tersebut dengan sepenuh hati serta meningkatkan kemuliaan peran yang dijalaninya."Itulah hal pertama yang saya lakukan. Iya, saya mencari komunitas yang bisa membuat pengetahuan saya meningkat sebagai ibu. Sehingga saya semakin siap dan menerima peran dan tugas saya sebagai ibu. Di IP saya benar-benar kembali difokuskan untuk memetakan hal-hal yang bisa membuat saya bahagia. Dimana nantinya, hal-hal yang membuat bahagia itu bisa dikaitkan saat membersamai anak-anak. Intinya, carilah ilmu sebanyak-banyaknya (bisa dari kajian keagamaan, buku, dan artikel-artikel di internet), agar kita bisa siap menerima peran kita sebagai ibu.
Setelah mendapatkan ilmu berharga dari IP, hal kedua yang saya lakukan adalah mencari ilmu dan komunitas lain sebagai penunjang dalam menyalurkan hal-hal bahagia saya. Kalau saya bahagia ketika menulis, mengajar, dan berorganisasi, maka saya mencari komunitas yang bisa mewujudkan hal tersebut, selain masih terus bergabung dengan IP (sebab di IP juga sudah paket komplit, cuma jangan pernah puas terhadap ilmu itu baik). Dari pencarian tersebut, Alhamdulillah, saya bertemu dengan banyak orang-orang hebat. Kemudian ada 8 orang hebat yang berkenan mengajak saya bergabung bersama mereka untuk membuat buku bareng-bareng. Alhamdulillah bersama 8 orang hebat ini saya bisa mewujudkan 2 mimpi saya yaitu punya buku dan bukunya bisa mejeng di Gramedia. Terima kasih buat Geng Salihah Menulis (GSM) yang mau merekrut saya sebagai anggotanya hehehe. Ini dia penampakan buku GSM yang ada di Gramedia,
Gambar; instagram/lithaetr (tolong dilarisin ya, hehehe) |
Gambar; womantalk |
Setelah itu, hal keempatnya adalah membuat kriteria penilaian dan standar kebahagiaan. Apa ini? Ini adalah rem buat diri sendiri. Bila dari standar dan penilaian itu, saya butuh istirahat atau menyendiri sebentar atau jalan-jalan, maka ungkapkan.
Ibu juga manusia. Ibu bukan Superwoman.Terkadang kita sebagai ibu suka lupa kalau kita harus bisa segalanya. Sebenarnya hal ini betul adanya, tapi yang perlu diingat kita itu juga manusia dan bukan superwoman. Ibu bisa lelah, capek, marah, dan sakit. Jadi berikanlah ruang agar kita bisa berbahagia. Jadi, jangan malu atau segan di kala kita butuh bantuan.Contoh: Bila sedang malas masak, ya sudah manfaatkan fasilitas teknologi Go-Food misalkan atau bila ada warteg atau warung makanan dekat rumah, ya beli saja. Lalu, bila malas nyuci dan nyetrika, ya laundry saja dulu.
Yang kelima, poin ini justru adalah sumber keberhasilan bagi semua poin di atas. Apa itu? Lancarkan komunikasi dengan pasangan.
Yups, poin kelima adalah kunci utamanya. Bagaimana sih caranya? Bisa baca dulu tips bersinergi dengan pasangan ini.
Itulah 5 hal ala saya dalam membuat kebahagiaan saya menjadi ibu kembali. Sebenarnya yang paling dasar perlu kita ingat adalah kita beruntung bisa menjadi ibu dan waktu ribet dan stres kita hanyalah sebentar. Di kala anak-anak sudah bisa melakukan segala aktivitas mereka sendiri, mereka tidak akan meribeti kita lagi. Jadi, syukuri saja waktu ribet kita ini sekarang (n_n). Nah, kalau ada sahabat yang ingin berbagi, silakan saja menulisnya di kolom komentar ya. InsyaAllah akan saya balas. Terima kasih.
Aaiiih... So lovely bacanya. Iyaak kita musti bahagia. Tulisannya menginspirasi :)
ReplyDeleteDirimu juga selalu menginspirasiku mba 💖... Semangat selalu untuk menjadi ibu bahagia ya mba ☺
Deletemakasih sharingnya
ReplyDeleteKembali kasih mba. Terima kasih juga sudah berkenan mengunjungi blog saya lagi 💟
DeleteYang penting kita harus bahagia dulu ya, baru bisa membahagiakan orang2 di sekitar kita. Tfs mba 😘😘
ReplyDeleteIya kakak. Kita harus bahagia dulu, barulah bisa menebar kebahagiaan buat sekitar deh (n_n). Terima kasih kembali kakak, sudah berkenan mampir.
Delete