Assalamualaikum
Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik,
film, buku, dan drama Korea).
Beberapa
hari terakhir ini, saya selalu mendapatkan pesan melalui berbagai media. Salah
satunya dari WAG
(Whatsapp Grup) Homeschooling Keluarga Muslim (HSKM) Jakarta. Pesan tersebut
berisi tentang kasus pelecehan seksual pada anak yang kerap terjadi belakangan
ini. Tentu saja, kasus pelecehan seksual pada anak ini menjadi momok mengerikan
sekaligus meresahkan para orang tua, khususnya ibu. Apalagi seorang pakar parenting
Elly Risman, saat hadir di acara ILC (Indonesia
Lawyers Club) mengatakan, anak-anak yang pernah menjadi korban kekerasan
seksual memiliki ‘Delay Trauma’ (trauma
tunda). Trauma itu tidak terlihat dalam waktu dekat, tetapi akan muncul seiring
perjalanan hidupnya. Entah saat remaja, menikah, atau pas punya anak. Setelah
trauma itu muncul, trauma tersebut tidak akan pernah hilang atau sembuh.
MasyaAllah, itulah dampak dari sebuah kekerasan seksual yang dialami
anak-anak. Sangat mengerikan. Kemudian saya teringat suatu hal yang juga sering
muncul di kalangan para orang tua, yaitu kalau membicarakan masalah seksual
kepada anak itu masih menjadi hal tabu atau memalukan. Lalu, pertanyaan demi
pertanyaan pun muncul di benak saya. Apakah hal tersebut masih relevan di era
milenial plus sekarang ini? Bagaimana anak-anak bisa menjaga diri mereka dari
pelecehan seksual jika mereka tidak pernah diajarkan oleh orang tuanya?
Gambar: pexel
Dari pertanyaan-pertanyaan itulah, saya berusaha mencari sumber
informasi dan ilmu terkait tips-tips tentang mencegah kekerasan seksual pada
anak. Karena menurut saya, sudah tidak relevan lagi kalau membicarakan masalah
seksual pada anak masih dianggap tabu. Anak-anak yang lahir di era milenial
plus ini, perlu diberikan banyak edukasi, khususnya masalah seksual. Anak-anak
harus nyaman membicarakan masalah seksual ini dengan orang tuanya, agar mereka
tidak mencari informasi dari orang lain atau media sosial. Oleh karena itu,
saya mencoba memberikan 7 hal yang perlu diajarkan pada anak, agar mereka bisa
tercegah dari korban pelecahan seksual. Oleh karena itu, silakan simak terus
ulasannya di sini.
Dalam agama Islam, ada sebuah perintah kepada orang tua untuk mengajarkan
dan mempersiapkan anak-anaknya agar mereka siap saat baligh atau dewasa nanti. Apa saja hal yang perlu disiapkan agar
anak siap ketika dewasa? Salah satunya adalah mengajarkan tentang pendidikan
agama sejak dini. Hal ini terdapat dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah (13:11)
disebutkan, “Bapak dan ibu serta seorang wali dari anak hendaknya sudah mengajarkan
sejak dini hal-hal yang diperlukan anak ketika ia baligh nanti. Hendaklah anak sudah diajarkan akidah yang benar
mengenai keimanan kepada Allah, malaikat, Al Qur’an, Rasul dan hari akhir.
Begitu pula hendaknya anak diajarkan ibadah yang benar. Anak semestinya
diarahkan untuk mengerti salat, puasa, thoharoh
(bersuci) dan semacamnya.” (sumber: rumaysho/pendidikan agama sejak dini).
Perintah itu diambil
dari hadist Nabi Muhammad Saw.,
Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya
dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya: “Perintahkan
anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul
mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah
tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kembali dilanjutkan dalam Al
Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, “Hendaklah anak juga diperkenalkan haramnya zina dan
liwath, juga diterangkan mengenai
haramnya mencuri, meminum khomr
(minuman keras), haramnya dusta, ghibah, dan maksiat semacam itu. Sebagaimana
pula diajarkan bahwa jika sudah baligh
(dewasa), maka sang anak akan dibebankan berbagai kewajiban. Dan diajarkan pula
pada anak kapan ia disebut baligh.
Kata-kata seperti thoharoh (bersuci), zina, dan liwath
adalah hal-hal yang terkait dengan masalah seksualitas. Maka kesimpulannya,
dalam Islam, orang tua wajib mengajarkan pendidikan seksual kepada anak-anaknya.
Lalu bagaimana caranya? Dari beberapa sumber, saya mencoba merangkumkan 7 hal
yang perlu diajarkan kepada anak, sebagai pendidikan seksual tahap awal:
1. Kenalkan
bagian tubuh dan fungsinya
Gambar: pexel
Semenjak
dini, usahakan anak-anak sudah mengenal bagian tubuhnya sekaligus fungsinya.
Hal ini sudah bisa kita ajarkan semenjak bayi, lo. Bagaimana caranya? Kenalkan
anggota tubuhnya ketika berinteraksi bersamanya. Contoh: “Dek, Ini mulut
fungsinya untuk makan,” “Kia, ini mata fungsinya untuk melihat,” dan lain
sebagainya, termasuk mengenalkan bagian kemaluan. Bahkan orang tua tidak perlu
malu atau sungkan menyebutkan bagian kemaluan dengan nama sebenarnya. Justru, dengan
mengenalkan kemaluan dengan nama sebenarnya akan membuat anak paham kalau itu
bagian tubuh yang harus dia jaga dan lindungi.
2. Ajarkan anak membuang air
kecil atau besar di kamar mandi sekaligus cara membersihkannya
Sesuai
dengan perintah agama Islam yaitu mengajarkan anak bisa thoharoh (bersuci). Salah satu dari maksud bersuci adalah bisa
membilas sendiri ketika buang air kecil atau besar (BAK atau BAB). Oleh karena
itu, beritahu anak-anak ketika BAK atau BAB harus di kamar mandi. Lalu, ajarkan
mereka cara membersihkannya. Hal ini perlu dilakukan agar saat mereka berada di
tempat umum, seperti sekolah, anak-anak bisa membersihkan sendiri setelah
mereka BAK dan BAB.
3. Tanamkan
rasa malu sejak dini dan belajar menutup aurat
Gambar: pixabay
Ajarkan kepada anak kalau dia tidak
diajurkan membuka pakaian sembarangan dan wajib menutup auratnya. Apa itu
aurat? Bagian tubuh yang tidak boleh diperlihatkan anak kepada orang lain dan
harus dia jaga selalu.
Rasulullah bersabda, “Aurat laki-laki adalah antara pusar dan
lututnya.” (HR. Baihaqi dan Daruquthni). Sementara aurat perempuan itu
seluruh tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan. Hal ini sesuai dengan firman
Allah Swt. yang tertuang dalam surah Al-Ahzab ayat 59. Berikut ini artinya,
“Hai
Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri
orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka....”
Tanamkan kalau auratnya terbuka
itu tabu. Boleh membuka aurat ketika ingin BAK atau BAB dan hendak mandi saja.
Membuka auratnya juga di kamar mandi.
4. Beritahu
kepada anak bagian tubuh mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh orang
lain
Hal ini perlu diberitahukan semenjak
dini. Poin ini masih berkaitan dengan poin 2 dan 3. Siapa saja yang boleh
menyentuh bagian-bagian tubuhnya dan waktunya kapan saja. Contoh: Untuk anak
perempuan bisa dijelaskan bagian tubuhnya hanya boleh dipegang oleh dirinya
sendiri. Jika memang dibutuhkan bantuan untuk mandi atau membersihkan diri
sesudah BAK atau BAB bisa minta tolong ke anggota keluarga yang perempuan
terlebih dahulu. Begitu pun juga hal ini berlaku sama dengan anak laki-laki.
Intinya jangan biarkan orang lain menyentuh bagian tubuhnya jika dia tidak
menginginkannya.
Bila ada orang yang menyentuh
tubuhnya tanpa izin dan dia tidak nyaman, maka dia harus berteriak sekaligus
berlari menjauh dari orang tersebut. Berikut ini contoh video yang bisa
diajarkan pada anak,
5. Beritahu
kepada anak jenis sentuhan yang pantas dan tidak pantas
Hampir sama dengan poin
sebelumnya. Namun di poin ini lebih ke menegaskan kalau ada cara lain dalam
menunjukan kasih sayang atau sebuah apresiasi kepadanya selain di sentuh.
Contoh: Bila anak menang, maka orang lain boleh bersalaman dengannya. Mungkin
kalau perempuan bisa memeluk. Intinya, ajarkan sentuhan yang lazim atau wajar
dan sudah kelewatan atau di luar batas kewajaran. Berikut ini ada video edukasi
juga terkait sentuhan pantas dan tidak pantas ini,
6. Seleksilah media-media mana
saja yang boleh dikonsumsi oleh anak
Pernah dibahas juga oleh pakar parenting Elly Risman, salah
satu faktor terbesar yang menyebabkan anak-anak menjadi kecanduan seks adalah
karena terpapar pornografi. Pornografi ini tidak hanya karena anak mengkonsumsi
film-film porno semata, tapi bisa saja terpapar dari media mana saja yang dia
konsumsi. So, mulai sekarang seleksilah media-media mana saja dan apa saja yang
boleh dikonsumsi oleh anak. Lalu, ketika anak menggunakan media harap
didampingi dan ditemani, sehingga anak dan orang tua belajar bersama dengan
media tersebut.
Itulah 7
tips pendidikan tahap awal dalam pendidikan seksual yang bisa diberikan kepada
anak. Semoga dengan pembekalan-pembekalan tersebut, anak-anak kita bisa menjaga
dirinya dan terhindar dari pelecehan seksual, aamiin. Silakan berikan tanggapannya,
ya sahabat. Terima kasih.
Seorang IRT yang ingin berbagi sepenggal kenangan dan kisah berharganya, agar dapat menjadi pelajaran dan manfaat bagi sesama. Saat ini masih terus belajar menjadi penulis dan pemerhati anak. Jika ingin mengajak penulis bekerjasama silakan saja hubungi via email ke lithaetr@gmail.com atau ke WhatsApp +628161977335.
kalo saya belajar nya dari ibu eli risman seseorang psikolog anak dan memberi arahan kepada ortu untuk cara mendidik anak.
jaman sekarang semakin ngeri, anak-anak pertumbuhannya sangat cepat baik dari segi seksualitas mereka. makanya ortu harus cerdas dan mulai mengenalkan pendidikan seks sejak dini.
Selamat Memasuki Dunia Parenting, Inspirasi, dan Hiburan
Assalamualaikum, saya Talitha Rahma mantan wartawan dan asistant produser. Saat ini saya berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang menulis buku, blogger, trainer, dan pemerhati anak.
kalo saya belajar nya dari ibu eli risman seseorang psikolog anak dan memberi arahan kepada ortu untuk cara mendidik anak.
ReplyDeletejaman sekarang semakin ngeri, anak-anak pertumbuhannya sangat cepat baik dari segi seksualitas mereka. makanya ortu harus cerdas dan mulai mengenalkan pendidikan seks sejak dini.
Setuju Bun. Anak-anak perlu pembekalan pendidikan seksual sejak dini. Terima kasih Bun, sudah berkenan mampir.
DeleteSebenarnya Islam itu lebih dini menyiapkan generasi penerusnya...tinggal kita mau belajar tidak....TRIms ilmunya...
ReplyDeleteTerima kasih juga sudah berkenan berkunjung ke blog saya ya kak
Delete