Dilansir
dari konsultasisyariah (05/08/2017), Prasangka yang dalam bahasa arab, ada dua makna atau
arti. Ada prasangka yang disebut dzan [الظن], memiliki arti ragu namun sudah ada kecenderungan kepada
salah satu sangkaan. Lalu, ada prasangka yang disebut syak [الشك], memiliki arti ragu dan tidak bisa menentukan mana yang lebih
kuat. Kata dzan ini banyak digunakan dalam Alquran.
|
Gambar: pixabay |
Ibnul Qayim menyebutkan, penggunaan kata dzan
(praduga) dalam al-Quran memiliki 5 makna;
[1]
Ragu-ragu [الشك], tidak bisa menentukan mana yang
lebih utama, sama sekali.
Seperti firman Allah,
وَقَالُوا
مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا
إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain
hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang
akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. al-Jatsiyah: 24)
[2] Yaqin [اليقين], kata dzan dalam
hal ini disertai dugaan kuat hingga sampai tingkatan yakin
Seperti firman Allah,
قَالَ
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ
“Orang-orang yang yakin mereka akan bertemu
Allah…” (QS.
Al-Baqarah: 249)
[3] Menuduh [التهمة]
Seperti firman Allah,
(وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ)
“Dia (Muhammad) bukanlah termasuk orang yang
tertuduh terhadap hal yang ghaib.” (QS. At-Takwir: 24)
Karena berita ghaib yang disampaikan oleh
Rasulullah Saw. adalah berita yang murni benar, jujur, dan tidak hasil
mengarang.
[4]
Mengira [الحسبان]
Seperti firman Allah,
وَلَٰكِن
ظَنَنتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِّمَّا تَعْمَلُونَ
Akan tetapi kalian mengira, Allah tidak
mengetahui banyak hal yang telah kalian lakukan. (QS. Fushilat: 22)
[5] Kedustaan [الكذب]
Seperti firman Allah,
وَمَا
لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا
يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
Mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun
tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang
sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. (QS. An-Najm: 28)
Itulah 5 alasan mengapa
prasangka akhirnya menjadi sebuah dosa dan dilarang. Namun, ternyata ada 5
Prasangka yang dibolehkan atau tidak menjadi sebuah dosa. Mengapa prasangka
tersebut dibolehkan? Tentu saja, karena prasangka tersebut lolos dari
syarat-syarat yang dianjurkan oleh para Ijtima’ (proses pengambilan suatu
keputusan terhadap sebuah kasus atau peristiwa dengan merunut kepada Alquran
dan hadist) Para Sahabat Rasulullah dahulu.
Inilah contoh prasangka yang
dibolehkan,
[1] Mengatakan sebuah prasangka, namun sudah
memiliki bukti-bukti atau fakta-fakta pembenarannya
|
Gambar: pixabay |
Namun
ketahuilah, ada prasangka buruk yang dibolehkan. Syaikh As Sa’di menjelaskan
surat Al Hujurat ayat 12 di atas: “Allah Ta’ala melarang
sebagian besar prasangka terhadap sesama Mukmin, karena ‘sesungguhnya
sebagian prasangka adalah dosa’. Yaitu prasangka yang tidak sesuai
dengan fakta dan bukti-bukti.” (Taisir Karimirrahman). Namun jika suatu prasangka
didasari bukti atau fakta, maka tidak termasuk ‘sebagian prasangka‘ yang
dilarang.
Syaikh
Abdul Aziz bin Baz juga mengatakan:
فالواجب على المسلم أن لا يسيء الظن بأخيه المسلم إلا بدليل، فلا يجوز له أن يتشكك في أخيه و يسيء به الظن إلا إذا رأى على أمارات تدل على سوء الظن فلا حرج
“Maka
yang menjadi kewajiban seorang Muslim adalah hendaknya tidak berprasangka buruk
kepada saudaranya sesama Muslim kecuali dengan bukti. Tidak boleh
meragukan kebaikan saudaranya atau berprasangka buruk kepada saudaranya kecuali
jika ia melihat pertanda-pertanda yang menguatkan prasangka buruk tersebut,
jika demikian maka tidak mengapa.” (sumber: muslim/prasangka buruk yang
dibolehkan)
Dari penjelasan tersebut maka prasangka yang didasari oleh bukti-bukti, atau pertanda,
atau sebab-sebab yang menguatkan tuduhan itu dibolehkan.
[2] Berprasangka buruk dengan orang yang terbiasa berbuat buruk
Kalau sahabat pernah merasa
harus menjauhi seseorang karena dia terbiasa mencuri, maka prasangka seperti
itu dibolehkan. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan:
يحرم سوء الظن بمسلم، أما الكافر فلا يحرم سوء الظن فيه؛ لأنه أهل لذلك، وأما من عرف بالفسوق والفجور، فلا حرج أن نسيء الظن به؛ لأنه أهل لذلك، ومع هذا لا ينبغي للإنسان أن يتتبع عورات الناس، ويبحث عنها؛ لأنَّه قد يكون متجسسًا بهذا العمل
“diharamkan
suuzhan kepada sesama Muslim. Adapun kafir, maka tidak haram berprasangka buruk
kepada mereka, karena mereka memang ahli keburukan. Adapun orang yang dikenal
sering melakukan kefasikan dan maksiat, maka tidak mengapa kita berprasangka
buruk kepadanya. Karena mereka memang gandrung dalam hal itu. Walaupun
demikian, tidak selayaknya seorang Muslim itu mencari-cari dan menyelidiki
keburukan orang lain. Karena sikap demikian kadang termasuk tajassus.”
Walaupun
kita boleh berprasangka buruk dengan orang yang terbiasa berbuat buruk, namun
janganlah kita mencari-cari dan menyelidiki keburukan orang lain. Karena sikap
demikian kadang termasuk tajassus.
[3] Berprasangka buruk
terhadap musuh saat berada di medan perang
|
Gambar: pixabay |
Abu Hatim
Al Busti menyatakan:
من بينه وبينه عداوة أو شحناء في دين أو دنيا، يخاف على نفسه، مكره، فحينئذ يلزمه سوء الظن بمكائده ومكره؛ لئلا يصادفه على غرة بمكره فيهلكه
“orang
yang memiliki permusuhan dan pertarungan dengan seseorang dalam masalah agama
atau masalah dunia, yang hal tersebut mengancam keselamatan jiwanya, karena
makar dari musuhnya. Maka ketika itu dianjurkan berprasangka buruk
terhadap tipu daya dan makar musuh. Karena jika tidak, ia akan dikejutkan
dengan tipu daya musuhnya sehingga bisa binasa.”
[4]
Berprasangka buruk terhadap hal-hal yang dapat merusak syariat
Diambil
dari sumber muslim.or.id (20/06/2015), contohnya prasangka buruk di poin 4 ini dibutuhkan dalam
rangka kemaslahatan syariat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kemaslahatan adalah: kegunaan; kebaikan; manfaat; kepentingan. Oleh karena
itu, kita perlu berprasangka buruk terhadap hal-hal yang dapat merusak syariat,
dibolehkan.
[5] Berprasangka
buruk dalam rangka menimbulkan simpati atau empati kepada orang lain
Emang bisa dari prasangka buruk menimbulkan simpati atau
empati kepada orang lain? Mari kita ambil hikmah dari kisah berikut ini,
Dulu para sahabat, pernah berprasangka untuk orang yang tidak
hadir salat berjamaah,
Ibnu Umar mengatakan,
إنا
كنا إذا فقدنا الرجل في عشاء الآخرة أسأنا به الظن
Dulu, ketika kami tidak
menemukan seseorang ketika jamaah isya, maka kami memiliki suudzan kepadanya.
(sumber: Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan
Pembina Konsultasisyariah.com)).
Para sahabat suudzan (berprasangka buruk) kepada
orang yang tidak ikut salat berjamaah tersebut, karena mungkin saja orang itu
sedang ada masalah. Setelah diselidiki ternyata benar kalau orang tersebut
menghadapi masalah. Karena itu, boleh
saja orang suudzan kepada orang lain yang memiliki gelagat bermasalah. Demikian, Allahu
a’lam.
Mengambil hikmah dari kisah
di atas para sahabat berprasangka buruk agar menimbulkan sebuah simpati atau
empati terhadap orang lain. Sebenarnya para sahabat pastilah sudah membaca
fakta kalau orang tersebut sedang memiliki masalah, jadi begitu mereka
berprasangka ada fakta yang mengikutinya. Jadi prasangkan seperti ini
dibolehkan. Setelah prasangka buruk terbukti, kita bisa membantu orang yang
sedang kesulitan tersebut.
Oh iya bisa juga baca:
Itulah 5 prasangka yang
dibolehkan dan tidak menyebabkan dosa. Bagaimana pendapat sahabat terkait
prasangka ini? Silakan berikan tanggapannya, ya. Terima kasih sudah mampir di
blog saya.
Syukron mba litha jd nambah ilmunya 😊
ReplyDeleteTerima kasih Bun. Sudah berkunjung ke blog saya. Insyaallah saya akan berkunjung kembali ke blog Bunda ya 😍😍
DeleteIni blog gado-gado ya? Terus saya agak pusing pas ngebaca. Ada tulisan yang warna hitam terus putih 😅
ReplyDeleteBtw, komen balik ya ke blog ku animangakun.blogspot.com
Sesuai tagline kakak. Masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan 😁. Kalau masih berkaitan dengan 3 hal itu ya ditulis. Sesekali kesehatan juga boleh hehehehe.
DeleteIya kakak. Ini karena masih pakai template gratisan. Semoga next bisa memakai yang berbayar. Biar betah bacanya. Doakan biar dimudahkan ya kakak. Sip nanti saya komentarin lagi kak