Awal kisah diceritakan seorang gadis yang hendak menikah
bernama Maya (Rani Mukherjee). Ia ragu apakah benar pria yang akan dinikahinya
ini merupakan cinta sejatinya. Karena selama ini Maya hanya menganggap Rishi
(Abhisek Bachan) sebagai teman masa kecilnya. Tidak lebih tidak kurang. Namun
karena Maya merasa sudah banyak berhutang budi kepada keluarga Rishi karena
membantu membesarkan Maya yang yatim piatu, akhirnya membuat Maya setuju
menikah dengan Rishi. Inilah suatu kesalahan pertama.
Sebaiknya, sebelum benar-benar memutuskan menikah dengan seseorang.
Coba tanyakan kepada diri sendiri, seberapa mampu kita untuk menerima segala
kekurangan, kejelekkan, dan ketidakmampuan calon pasangan kita. Karena setelah
menikah pasti semua akan berubah. Yang saat pacaran manis bisa jadi pahit
ataupun tetap manis. “Pernikahan itu adalah penyesuaian seumur
hidup,” kata seorang kawan. Nah mampukah kita melakukan penyesuaian
seumur hidup dengan calon pasangan kita? Saya
mempunyai pendapat cinta itu bukan karena. Tetapi walaupun. Ini karena jika
semua kebaikan dari pasangan kita hilang, kita tidak akan kaget. Karena kita
sudah menyiapkan hati bahwa pasangan kita bukanlah Pangeran yang seperti
didongeng-dongen anak-anak. Sempurna tanpa cacat. Pasangan kita adalah manusia biasa. Oleh karena itu, saat hendak
menikah sebaiknya tanyakan dulu kesiapan kita untuk penyesuaian seumur hidup
dan seberapa mampu kita menerima keburukkan pasangan kita. Kalau yakin siap,
pegang itu dan selalu ingat itu. Kemudian menikahlah dengan bahagia.
Kemudian dicerita Kank ini juga ada satu lagi pasangan yang memiliki
konflik. Yaitu pasangan Dev Saran (Shah Rukh Khan) dengan Rhea (Preity Zinta).
Dev mantan pemain bola yang sukses. Berhenti menjadi pemain bola karena
kecelakaan. Sehingga kakinya cacat dan tidak bisa main bola lagi. Secara
psikologis akan membuat tarumatik besar karena seorang pemain bola yang sukses
biasa dipuja-puja dan memiliki keuangan yang berlimpah. Jika berhenti mendadak,
maka pasti akan merasa seperti seseorang yang tidak berguna. (Hehehe.. Mohon
maaf ya kalau salah karena saya bukan lulusan psikologi, hanya kasih comment
begini karena sering melihat keadaan).
Sudah mendapatkan trauma seperti dia menjadi tidak siap
mental kalau istrinya Rhea lebih sukses darinya. Kesalahan Kedua. Seorang pria
pasti memiliki rasa ego yang tinggi jika berkaitan dengan pendapatan. Banyak
pernikahan yang gagal karena masalah ini. Oleh karena itu, wanita kalau lebih
sukses daripada suaminya harus mengingat bagaimanapun yang kepala keluarga
tetap suaminya. Jangan sampai saat bertengkar keluar kata-kata sensitif. “Ini rumah kan yang beli aku”. Ini bisa
hancur. (Hehehehehe sekali lagi ini Cuma pendapat loch ya...)
Yups.. Dari dua kesalahan yang saya tangkap ini, Karan Johar
berani mengangkatnya kedalam konflik di filmnya luar biasa.. Hehehe.. Jadi buat
yang mau menikah, sudah menikah, bahkan yang sudah pernah berpisah cobalah
nonton film ini. Bukan sebagai alat mencari pembenaran tetapi lebih kepada
suatu transfer knowledge. Agar bisa jadi rambu-rambu buat kita. Biar tidak
gagal.
Maaf ya sahabatQ sekali lagi ini hanya analisis dari penulis
semata. Tidak ada maksud untuk menyakiti ataupun melukai siapapun... Hanya
ingin belajar menulis analisis dari film yang paling tidak kusukai ini
hehehehe.. Enjoy.. Give a comment is good for me.. Karena biar saya bisa
berkembang lagi untuk analisis dan menulisnya...
Dari seseorang yang bercita-cita menjadi penulis naskah film...
0 coment�rios:
Yuk, kita berdiskusi di sini ☺💕. Terima Kasih.